Oleh: Saiful Hadi Memasuki tahun baru hijriyah 1443 H, maka sudah sepatutnya kita membuka lembaran baru, serta meninggalkan segala perkara y...
Oleh: Saiful Hadi
Memasuki tahun baru hijriyah 1443 H, maka sudah sepatutnya kita membuka lembaran baru, serta meninggalkan segala perkara yang tidak memberi manfaat bagi kehidupan akhirat maupun dunia. Seseorang dianggap telah baik keislamannya jika ia telah menjauhkan diri dari hal yang sia-sia. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan dalam sebuah hadist:
عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ رَضِÙŠَ اللهُ عَÙ†ْÙ‡ُ Ù‚َالَ : Ù‚َالَ رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: Ù…ِÙ†ْ ØُسْÙ†ِ Ø¥ِسْلاَÙ…ِ الْÙ…َرْØ¡ِ تَرْÙƒُÙ‡ُ Ù…َا لاَ ÙŠَعْÙ†ِÙŠْÙ‡ِ ØØ¯ÙŠØ« ØØ³Ù† رواه الترمذي وغيره هكذا
Dari Abi Hurairah, Rasulullah telah bersabda, sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. (HR. Tarmizi) Matan Arbain-12
Dari hadis ini, secara tidak langsung Rasulullah mengajak kita untuk berfikir dulu sebelum bertidak, bukan bertindak dulu baru berfikir kemudian. Sebab, sebuah tindakan tanpa perencanaan maka akan berakhir kepada kesia-siaan lantaran tidak adanya kejelasan tujuan dan maksud.
Beranjak dari sini, maka jelaslah kenapa setiap ibadah yang disyariatkan selalu dimulai dengan niat sebagai rukun pertamanya. Niat adalah bagian dari perencanaan, tanpa niat maka tidak sah ibadah, rusak niat dipertengahan maka rusak pula ibadah tersebut. Demikian juga dengan segala perbuatan yang lain, harus dimulai dengan niat yang bagus dan semata-mata karena Allah Ta'ala.
Dalam hadist tadi juga memberi pemahaman bagi kita agar setiap Muslim bersungguh-sungguh terhadap hal yang bermanfaat bagi mereka. Maka seseorang dianggap telah baik keislamannya jika meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat, baik itu berupa perbuatan maupun perkataan.
jika kita renungkan, pada dasarnya seluruh ajaran yang ada dalam islam mengajarkan kita agar hidup dalam keteraturan dan menjauhkan diri dari sikap sia-sia. Karenanya, tidak mengherankan ketika kita dapati kata-kata tertib dalam setiap rukun ibadah. jika kita hubungankan dengan hadist Nabi di atas tadi, nilai-nilai tertib yang ada pada ibadah, seharusnya menjadi pembelajaran penting bagi kita agar hidup lebih teratur sehingga terbebas dari sikap yang sia-sia.