Sudah lumrah kita ketahui, syariah memberikan keringanan bagi musafir yang jarak tempuhnya sudah mencapai batas tertentu untuk menjamak seka...
Sudah lumrah kita ketahui, syariah memberikan keringanan bagi musafir yang jarak tempuhnya sudah mencapai batas tertentu untuk menjamak sekaligus qasar dua waktu shalat pada satu waktu. Berbeda halnya dengan yang bukan musafir alias muqim, jika dalam situasi normal tidak ada keringanan apapun dalam syariah bagi mereka.
Namun demikian, dalam situasi tertentu, orang muqim pun juga dibenarkan untuk menjamak waktu shalat. Dalam hal ini ada beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku. Sebagaimana dikutip dari fathul qarib, orang mukim dibenarkan untuk menjamak shalat jika dalam keadaan sedang hujan lebat.
Pernyataan lengkap dari Kitab Fathul Qarib sebagai berikut:
(ويجوز للحاضر) أي المقيم (في) وقت (المطر أن يجمع بينهما) أي الظهر والعصر، والمغرب والعشاء، لا في وقت الثانية، بل (في وقت الأولى منهما) إن بَلَّ المطرُ أعلى الثوب وأسفل النعل، ووجدت الشروط السابقة في جمع التقديم.
ويشترط أيضا وجود المطر في أول الصلاتين، ولا يكفي وجوده في أثناء الأولى منهما. ويشترط أيضا وجوده عند السلام من الأولى، سواء استمر المطر بعد ذلك أم لا.
وتختص رُخصة الجمع بالمطر بالمصلي في جماعة بمسجد أو غيره من مواضع الجماعة بعيد عرفا، ويتأذى الذاهب للمسجد أو غيره من مواضع الجماعة بالمطر في طريقه.
Artinya:
Diperbolehkan bagi orang yang hadir (maksudnya : orang muqim yakni orang yang sedang dirumah, bukan orang yang sedang bepergian) pada saat hujan untuk menjamak antara dua shalat, yakni dhuhur dan ashar, maghrib dan isya', bukan (dilaksanakan) di (waktu) shalat yang kedua, tetapi (dilaksanakan) di (waktu) shalat yang pertama dari keduanya. (dengan syarat) jika air hujan membasahi bagian atas pakaian/baju dan bagian bawah sandal/alas kaki. Dan terdapat syarat yang telah (disebutkan) terdahulu di (dalam masalah) jamak taqdim.
Dan disyaratkan pula wujudnya hujan di permulaan dari dua shalat, tidak cukup ketika wujudnya hujan turun di pertengahan shalat pertama dari dua shalat. Dan disyaratkan pula wujudnya hujan ketika salam dari shallat yang pertama, baik (hujan) terus menerus (turun) setelah itu atau tidak.
Dan dispensasi/keringanan menjamak (shalat) yang disebabkan hujan itu dikhususkan/tertentu bagi orang yang shalat secara berjamaah di masjid atau selainnya di tempat-tempat jamaah yang jauh secara ‘urf. Dan orang yang berangkat ke masjid atau yang lain dari tempat jamaah merasa terganggu dengan hujan di dalam perjalanannya.